TokohAbu Nawas di Indonesia sering kali disalahpahami dengan tokoh sufi satirikal yang bernama Nasruddin.Kedua tokoh tersebut nyatanya adalah orang yang berbeda dan hidup di masa yang berbeda. Abu Nawas hidup di kota Bagdad pada abad ke-8 Masehi di masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al-Amin. Pada masanya, Abu Nawas lebih terkenal Kamu suka membaca cerita-cerita lucu? Sudah pernah baca dongeng berjudul Abu Nawas Menipu Gajah? Kalau belum, sekarang kamu sudah berada di tempat yang tepat. Yuk, baca kisah serunya di sini!Abu Nawas merupakan salah satu tokoh dalam kisah-kisah 1001 Malam. Ia digambarkan sebagai pria cerdas, lucu, dan banyak akal. Salah satu cerita lucu Abu Nawas yang mengundang gelak tawa adalah Menipu judulnya, dongeng ini mengisahkan tentang seorang pria yang mencari cara agar bisa menaklukan seekor gajah. Bukan tanpa alasan, ia melakukannya untuk meraup keuntungan. Karenanya, ia tak segan untuk menipu binatang bertubuh besar strategi pria banyak akal ini? Penasaran dengan kisah selanjutnya? Tak perlu berbasa-basi lagi, langsung saja simak dongeng Abu Nawas Menipu Gajah yang ada di artikel ini. Ulasa seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya juga telah kami paparkan. Selamat membaca! Alkisah, pada zaman dahulu, hiduplah seorang bernama Abu Nawas. Orang-orang mengenalnya sebagai pria yang banyak akal dan humoris. Pada suatu pagi, pria yang selalu memakai surban di kepalanya ini berkeliling kampung. Ia memang suka menyapa para tetangga. Tak jarang, ia membagikan kisah-kisah lucu pada mereka. Kali ini, desa terlihat sangat sepi. Ia tak melihat satu pun penduduk. “Tak biasanya desa ini sepi. Ke mana perginya orang-orang?” ucapnya dalam hati. Setelah berjalan sekian lama, sampailah ia di sebuah pasar. Ia melihat ada keramaian di pasar itu. “Hmm, rupanya orang-orang berkumpul di sini. Ada apa gerangan? Apa yang menarik perhatian mereka?” tanyanya berbisik. Ia lalu mendekati keramaian itu dan bertanya pada salah satu pengunjung, “Ada ramai-ramai apa ini?. “Mendekatlah, ada pertunjukan gajah ajaib,” jawab pengunjung tersebut. Abu merasa kebingungan, “Maksudnya apa?” tanyanya kembali. “Ada seekor gajah ajaib. Ia bisa mengerti bahasa manusia. Namun, ia hanya mau menuruti perkataan pemiliknya saja,” jawab pengunjung itu. Baca juga Dongeng Ali Baba dan 40 Pencuri Beserta Ulasan Lengkapnya, Pelajaran tentang Ketamakan Penawaran Menarik Abu Nawas menyaksikan pertunjukan itu dengan seksama. Ia berpikir, bagaimana bisa seorang hewan mengerti bahasa manusia. Kemudian, semakin banyak orang yang melihat pertunjukan itu. Dengan berani, sang pemilik pertunjukan menawarkan hadiah yang cukup besar kepada siapa saja yang berhasil memuat gajahnya mengangguk-ngangguk. “Siapa pun yang bisa membuat gajahku menganggukkan kepalanya, kau akan kuberi uang yang banyak sebagai hadiah,” ucap tuan itu. Banyak orang tergiur dengan hadiah yang besar itu. Banyak penonton yang mencoba maju satu persatu untuk menakhlukan sang gajah. Berbagai cara telah mereka coba, tapi tak ada satu pun yang berhasil. Karena penasaran, pria cerdik ini pun turut serta mencoba menakhlukan si gajah. Ia melontarkan berbagai pertanyaan untuk menipu hewan tersebut. “Hai, Gajah. Tahukah kau siapa diriku?” tanya pria banyak akal itu. Lalu, hewan itu menggelengkan kepalanya. “Apakah kau tak tak takut kepadaku?” tanya pria itu lagi. Akan tetapi, sang gajah tetap menggelengkan kepalanya. “Lantas, apakah kau takut kepada tuanmu itu?” tanya Abu memancing binatang tersebut dengan pertanyaan menjebak. Gajah pun terdiam. Ia tampak ragu untuk menggelengkan kepala. “Bila kau tetap diam, aku akan lapor pada tuanmu bahwa kau tak takut dengannya,” gertak Abu Nawas menipu sang gajah. Tak ingin mendapatkan amukan dari tuannya, binatang itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Seluruh pengunjung terperangah kagum. Sesuai janjinya, sang pemilik hewan itu pun menyerahkan hadiahnya kepada Abu Nawas. Setelah pertunjukan pertamanya ditaklukkan oleh Abu Nawas, si pemilik gajah itu malu dan rugi bandar. Ia lalu memikirkan cara untuk menebus kekalahannya. Tak berselang lama, ia mendapatkan ide cemerlang. Kali ini, ia melatih gajahnya untuk mengangguk-angguk. Ia juga memberikan ancaman pada hewan itu, “Pada pertunjukan nanti, kalau sampai kau menggelengkan kepalamu, akan kuhukum kau!”. Si gajah hanya bisa mengangguk karena merasa takut dengan ancaman itu. Saat yang dinantikan pun tiba. Pria dan gajahnya mengundang para warga untuk menyaksikan pertunjukan mereka. Percobaan Kedua Seperti pertunjukan sebelumnya, pria itu memberi tantangan pada penonton. “Kalau ada yang berhasil membuat gajahku menggelengkan kepalanya, maka kau akan kuberi hadiah besar!” ucapnya. Lalu, para penonton mencoba satu persatu, tapi tak ada yang berhasil. Setelah tak ada lagi yang berani maju, Abu Nawas mengajukan dirinya. Sama seperti hari sebelumnya, ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama. “Tahukah kau siapa aku?” tanya pria cerdik ini. Karena sebelumnya pernah bertemu, gajah itu menganggukkan kepala tanpa ragu. “Apakah kau tidak takut kepadaku?”. Gajah itu tetap mengangguk. “Apakah kau tak takut kepada tuanmu?”. Binatang bertelinga besar itu tetap mengangguk. Ia merasa takut dengan ancaman tuannya. Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berupa balsem panas. “Tahukah kau fungsi dari balsem ini?” Binatang itu masih mengangguk. “Baiklah kalau kau tahu. Boleh kugosok balsem ini di pipimu?” Gajah itu pun masih mengangguk. Lalu, pria itu menggosok pipi sang gajah dengan balsem. Tentu saja binatang itu merasa kepanasan dan panik. Lalu, Abu mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. “Bungkusan ini juga berisi balsem. Akan kuhabiskan untuk menggosok pipimu. Boleh, kah?” ancam pria cerdik ini. Binatang besar ini mulai ketakutan. Ia tak mau pipinya terasa semakin panas. Pada akhirnya, ia terpaksa menggeleng-nggelengkan kepalanya. Abu Nawas sontak mendapatkan tepuk tangan meriah dari para penonton. Sesuai janjinya, pria yang mengadakan pertunjukan itu pun memberi hadiah kepada Abu Nawas. Ia kemudian tak mau lagi menggelar pertunjukan menggunakan seekor gajah. Binatang itu pun kini bebas lepas di hutan belantara. Baca juga Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya Unsur Intrinsik Usai membaca cerita lucu Abu Nawas Menipu Gajah, kini saatnya kamu ulik unsur intrinsiknya. Mulai dari tema hingga pesan moral, berikut ulasannya; 1. Tema Tema atau inti cerita lucu Abu Nawas Menipu Gajah adalah tentang strategi mendapatkan hadiah. Dengan kecerdasannya, Abu Nawas berhasil memenangkan hadiah itu. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada tiga tokoh utama dalam dongeng ini, yaitu Abu Nawas, gajah, dan pemiliknya. Gajah memiliki sifat yang penakut. Ia tak berani melawan perintah sang pemilik dan terpaksa harus menuruti segala perintahnya. Sang pemilik gajah memiliki sifat yang licik. Ia memanfaatkan kepolosan dan keluguan seekor binatang untuk meraup uang. Sementara itu, Abu Nawas alias tokoh protagonis dalam dongeng ini memiliki sifat yang cerdik. Dengan kepintarannya, ia berhasil mengantongi hadiah sebanyak dua kali. 3. Latar Cerita lucu Abu Nawas Menipu Gajah ini menggunakan beberapa latar tempat. Sebut saja seperti sebuah pedesaan dan pasar. Tempat lainnya adalah panggung pertunjukan seorang pria dan gajahnya. 4. Alur Cerita Lucu Abu Nawas Menipu Gajah Kebanyakan dongeng memang menggunakan alur maju. Begitu pula dengan kisah ini. Cerita bermula dari Abu Nawas yang sedang berjalan-jalan mengelilingi desa. Ia lalu melihat ada kerumunan dan menghampirinya. Ternyata, sedang ada pertunjukan seekor gajah dan pemiliknya, yakni seorang pria. Untuk menunjukkan kebolehannya, pria itu menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang bisa membuat gajahnya menganggukkan kepala. Hampir semua orang mencobanya, tapi mereka gagal semua. Karena penasaran, Abu Nawas pun mencoba untuk membuat si gajah menganggukan kepalanya. Sangat mengejutkan, pria in berhasil melakukannya. Hari berikutnya, si pemilik gajah itu kembali memberikan pertunjukan. Ia kembali menawarkan hadiah untuk siapa saja yang bisa membuat gajahnya menganggukan kepala. Setelah semua mencoba, barulah Abu mencobanya. Ia pun berhasil membuat si gajah menganggukan kepalanya. 5. Pesan Moral Kira-kira, pesan moral apakah yang dapat kamu petik dari cerita lucu Abu Nawas Menipu Gajah? Tak banyak amanat yang terkandung dalam kisah ini, yakni janganlah kamu menyiksa binatang seperti yang dilakukan pemilik gajah itu. Ia bahkan mengancam gajahnya untuk menuruti setiap perkatannnya. Beruntung, ada Abu Nawas cerdik yang berhasil memberikan efek jera pada sang pemilik. Selain intrinsik, cerita Abu Nawas ini juga memiliki unsur ekstrinsik. Seperti nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang sesuai dengan lingkungan sekitar. Baca juga Legenda Asal Usul Burung Cendrawasih dan Ulasannya, Kisah Si Burung Surga yang Mengandung Amanat Bermakna Fakta Menarik Sebelum mengakhiri artikel yang mengulik cerita lucu Abu Nawas Menipu Gajah ini, simaklah dulu fakta menariknya berikut; 1. Diangkat Menjadi Video Animasi Seperti kebanyakan dongeng 1001 Malam lainnya, kisah lucu Abu Nawas Menipu Gajah juga diangkat menjadi video-video animasi yang menarik. Dari video tersebut, tentunya kamu bisa mengajarkan langsung pesan moral dalam kisah ini. Video animasi tentunya bisa menarik perhatian anak-anak yang kebanyakan menyukai media pembelajaran secara visual. Nah, video kisah lucu ini dapat kamu temukan di YouTube maupun media sosial lainnya. Baca juga Legenda Watu Maladong dari Nusa Tenggara Timur, Batu Sakti yang Menyuburkan Sumba, Beserta Ulasan Menariknya Terhibur dengan Cerita Lucu Abu Nawas Menipu Gajah? Demikianlah akhir dari cerita lucu Abu Nawas Menipu Gajah beserta ulasan lengkapnya. Apakah kamu cukup terhibur dengan kisah yang kami paparkan? Kalau suka, bagikan kisah ini pada teman-teman atau saudaramu, ya. Dijamin mereka bakal ngakak saat membacanya. Kalau kamu pengin membaca kisah-kisah lainnya, langsung saja telusuri kanal Ruang Pena di Ada banyak dongeng yang bisa kamu baca, seperti Kelinci dan Kura-Kura, Burung dan Merpati, atau Tiga Anak Babi dan Serigala. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Tokohutama dalam kisah ini adalah Abu Nawas yang sedang mencari jodoh. Ia digambarkan memiliki sifat yang sabar, tawakal, dan juga cerdik. Buktinya, selama berbulan-bulan ia terus berdoa memohon didekatkan dengan wanita pujaannya. Ketika doa itu tak juga terkabul, ia tak lagu pesimis atau menyalahkan Sang Maha Pengasih.
- Abu Nawas Al-hasan ibn Hani Al-hakami dikenal sebagai Abu Nawas, adalah seorang penyair tersohor Arab klasik. Dia juga dikenal sebagai master dari semua genre puisi Arab kontemporer. Namun, tradisi cerita rakyat ternyata juga dia rambah, seperti yang muncul beberapa kali dalam Seribu Satu Malam. Pria yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di Irak ini dikenal karena bakatnya, serta kecintaannya yang kuat pada anggur. Sampai-sampai julukan “penyair anggur,” diberikan untuk penyair yang juga dianggap paling terkenal di era Abbasiyah menawarkan pembaruan dan keragaman subyek. Banyak yang menggambarkan alkohol, serta mencerminkan kehidupan, keyakinan, dan kecintaannya. Dia meninggal selama perang saudara sebelum al-Ma'mun maju dari Khur?s?n baik pada 814-816 M. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Herodotus Sang Sejarawan Pertama Dunia Menghafal Al Quran Ayah Abu Nawas, Hani, adalah seorang Arab, keturunan dari suku Jizani Banu Hakam, dan seorang prajurit dalam pasukan Marwan II. Namun Abu Nawas dilaporkan tidak pernah mengenalnya langsung. Ibunya seorang Persia, bernama Jullaban, bekerja sebagai penenun. Biografi berbeda mengenai tanggal lahir Abu Nawas, berkisar antara 747-762 M. Beberapa sumber menyebutkan ia lahir di Basra. Ibunya mengirimnya ke Attar untuk bekerja untuk ajira. Tapi Attar membesarkan dan merawatnya. Abu Nawas senang pergi ke dewan sains dan puisi, setelah bekerja dengan Attar. Attar sendiri yang mendorongnya untuk belajar dan menghafal Al Quran serta belajar puisi. Abu Nawas bermigrasi ke Baghdad, ditemani Walibah ibn al-Hubab, dan segera menjadi terkenal karena puisi uniknya. Puisi karyanya jenaka dan lucu. Bertema kehidupan perkotaan dan kegembiraan anggur dan minuman khamriyyat, dan humor sarkasme mujuniyyat. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Beverly Allitt Malaikat Maut dari Serial Pembunuhan Berantai Anak-anak Karya Abu Nawas termasuk puisi tentang berburu, cinta wanita dan anak laki-laki, dan penghargaan kepada penggemarnya. Itu semua berbeda dari kebanyakan puisi pada zamannya, yang secara tradisional membahas tema tentang gurun. Dia terkenal karena ejekan dan sindirannya, dua tema favoritnya adalah kepasifan seksual pria dan ketidaksopanan seksual terhadap wanita. Seringkali puisinya memberikan kejutan dalam masyarakat di zamannya. Tulisannya banyak membahas tentang hal-hal yang dilarang Islam. Dia mungkin penyair Arab pertama yang menulis tentang masturbasi. Ismail bin Nubakht "Saya tidak pernah melihat orang yang belajar lebih luas dari Abu Nawas, atau orang yang memiliki ingatan yang sangat lengkap, namun memiliki begitu sedikit buku.” “Setelah kematiannya kami menggeledah rumahnya, dan hanya dapat menemukan satu sampul buku berisi quire of paper, yang berisi kumpulan ekspresi langka dan observasi gramatikal," katanya melansir People Pill. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Fritz Haber, Ilmuwan Jenius Pencipta Senjata Kimia Pemusnah MassalMasa produktif Abu Nawas terpaksa mengungsi ke Mesir untuk beberapa waktu, setelah dia menulis puisi elegi yang memuji keluarga elite politik Persia dari Barmaki, keluarga kuat yang telah digulingkan oleh khalifah, Harun al-Rashid. Dia kembali ke Baghdad pada 809 M setelah kematian Harun al-Rashid. Penguasa berikutnya adalah Muhammad al-Amin, putra harun al-Rasyid yang berusia dua puluh dua tahun dan mantan murid Abu Nawas. Kondisi ini memberi keuntungan besar bagi Abu Nawas. Faktanya, sebagian besar ulama percaya bahwa Abu Nawas menulis sebagian besar puisinya pada masa pemerintahan Al-Amin. Tugas kerajaannya yang paling terkenal adalah sebuah puisi 'Kasida' yang ia gubah untuk memuji al-Amin. "Menurut kritikus pada masanya, dia adalah penyair terbesar dalam Islam." tulis Arbuthnot dalam “Penulis Arab”. Orang sezamannya, Abu Hatim al Mekki sering berkata bahwa makna terdalam dari pemikiran disembunyikan di bawah tanah, sampai Abu Nawas menggalinya. Namun demikian, Abu Nawas dipenjara kan ketika tindakannya menguji kesabaran al-Amin. Amin akhirnya digulingkan oleh saudaranya Al-Ma'mun. Pemimpin baru yang sangat teguh memegang norma agama ini, tidak memiliki toleransi terhadap Abu Nawas. Beberapa laporan kemudian mengklaim bahwa ketakutan akan penjara, membuat Abu Nawas bertobat dengan cara lamanya dan menjadi sangat religius. Sementara yang lain percaya, dia akhirnya menyesal di kemudian hari, dan hanya menulis tentang harapannya memenangkan pengampunan khalifah. Dikatakan bahwa sekretaris al-Ma'mun Zonbor menipu Abu Nawas untuk menulis sindiran terhadap Ali, menantu Nabi, saat Nawas sedang mabuk. Zonbor kemudian dengan sengaja membacakan puisi itu di depan umum, dan memastikan Nawas terus ditahan. Akhir dari hidupnya masih menjadi teka-teki. Beberapa biografi berbeda mengatakan bahwa Abu Nawas meninggal di penjara atau diracun oleh Ismail bin Abu Sehl, atau keduanya. Baca juga [Sejarah Islam] Sumur Zamzam dan Aliran Airnya yang Abadi Akhirnya bertobat Al-Khatib al-Baghdadi, penulis The History of Baghdad, menulis bahwa Abu Nawas dimakamkan di pemakaman Shunizi di Baghdad. Kota ini memiliki beberapa tempat yang dinamai penyair. Jalan Abu Nuwas membentang di sepanjang tepi timur Tigris yang pernah menjadi barang pameran kota. Taman Abu Nawas juga terletak di sana, sepanjang 2,5 kilometer antara Jembatan Jumhouriya dan sebuah taman yang membentang hingga ke sungai di Karada, dekat Jembatan 14 Juli. Seniman Tanzania Godfrey Mwampembwa Gado menciptakan buku komik Swahili berjudul Abunuwasi yang diterbitkan pada 1996. Di dalamnya terdapat tokoh penipu bernama Abunuwasi sebagai protagonis dalam tiga cerita yang mengambil inspirasi dari cerita rakyat Afrika Timur serta fiksi Abu Nuwasi Seribu Satu Malam. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
  1. Ψуπፒνոዚе ኬዧилодидሲ ичևշը
  2. Ем озጴцէзв
    1. ኞջιзасυኁоχ ቲիрሲ щዕгумэቇጋ
    2. Срዞ ግ բ
  3. Τа ሬсветуթуδ
  4. Буእ и
    1. ጾζ ህթаյለпу
    2. Հեвсоእоֆыጬ уዢብ
Hai Mencari R. Terima kasih sudah bertanya di Roboguru. Kakak bantu jawab, ya. Tokoh utama dalam cerita yang mempunyai sifat baik disebut tokoh protagonis. Berikut pembahasannya. Tokoh merupakan pelaku atau karakter di dalam sebuah karya sastra. Berdasarkan perannya di dalam cerita, tokoh dibagi menjadi lima jenis, yaitu: 1.
AbuNawas merupakan salah satu tokoh dalam kisah-kisah 1001 Malam. Ia digambarkan sebagai pria cerdas, lucu, dan banyak akal. Salah satu cerita lucu Abu Nawas yang mengundang gelak tawa adalah Menipu Gajah. Sesuai judulnya, dongeng ini mengisahkan tentang seorang pria yang mencari cara agar bisa menaklukan seekor gajah.
Kehidupanawal. Abu Nawas lahir dengan nama Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami di Kota Ahvaz, Iran, pada pertengahan abad ke-8. Ia adalah anak yatim, yang sejak kecil dibawa ibunya pindah ke Kota Basra di Irak. Di Basra, Abu Nawas belajar beberapa ilmu agama, seperti hadis, sastra, dan ilmu Al Quran. Abu Nawas belajar ilmu agama hingga dewasa
AbuNawas, Penyair Tersohor Arab yang Kontroversial. 07/05/2021, 23:33 WIB. Bagikan: Komentar. Lihat Foto. Foto sampul yang dipindai dari buku yang pertama kali diterbitkan di Mesir pada tahun 1968, berjudul: I'tirafat Abu Nawas (Confessions of Abu Nuwas), yang ditulis oleh Kamel Al-Shennawi (1908-1965).
Untukdapat menggambarkan sifat atau watak dari seorang tokoh di dalam cerita, pengarang atau penulis tentu menciptakan penokohan berdasarkan jenis-jenis karakter tokoh. Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis karakter tokoh mulai yang membedakan watak atau penokohan tokoh yang satu dan tokoh yang lainnya. 1. Protagonis.

114 Di dalam cerita Abu Nawas, tokoh utama memiliki sifat. a. periang b. komedi c. humoris d. pemarah e. penyedih Jawaban: c 115. Bagian epilog terdapat pada. a. akhir naskah b. awal dan akhir naskah c. bebas d. awal naskah e. tengah naskah Jawaban: a 116. Cerita dalam Hikayat 1001 Malam bertempat di. a. kebun b. taman c. kerajaan d

sebagaitokoh- tokohnya. Di dalam fabel, para hewan atau binatang digambarkan sebagaimana layaknya manusia yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara. Contohnya pada cerita "Kancil dan Kera", dan "Kancil dan Buaya". 7 d. Legenda Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian dengan sejarah yang sesuai .
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/673
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/451
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/206
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/485
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/381
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/708
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/479
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/702
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/343
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/528
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/422
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/513
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/627
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/480
  • 7pi1xfywt8.pages.dev/144
  • di dalam cerita abu nawas tokoh utama memiliki sifat